KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul "Perbandingan Penyelesaian Konflik
Papua Antara Pemerintahan SBY Dan Pemerintahan Masa Jokowi" dengan baik
dan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca demi perbaikan dan penyempurnaan di masa
mendatang. Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan
bantuan dalam penyusunan makalah ini, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca dan dapat menjadi referensi yang berguna dalam memahami lebih dalam
tentang Penyelesaian Konflik Papua.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Setelah diselenggarakan Konferensi Meja
Bunda (KMB) pada tahun 1949 antara Indonesia dan Belanda, namun belum menemukan
hasil sehingga diperpanjang dan puncaknya melalui Perjanjuan New York pada 15
Agustus 1962. Setahun kemudian, Irian Barat berhasil diserahkan dari kedaulatan
Belanda ke tangan Indonesia secara absah diawasi oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1 Oktober 1963
Konflik di tanah Papua cenderung
diserahkan kepada pihak militer sehingga menambah persoalan baru yaitu timbul
perasaan termarginalkan pada masyarakat Papua yang disebabkan oleh sikap dan
kebijakan pemerintah pusat di Jakarta. Bertahun-tahun setelah reformasi,
penanganan permasalahan di Papua melibatkan pendekatan aparat keamanan kecuali security
appoach yang dilakukan pemerintah Jokowi. Sepanjang 2012-2014 pada masa
SBY, lebih dari 40 kali terjadi aksi kekerasan dengan senjata yang
mengakibatkan 50 jiwa menjadi korban termasyk aparat keamanan dan warga sipil
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimana perbandingan penyelesaian
konflik papua antara pemerintahan SBY dan pemerintahan masa Jokowi?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono
(2004-2014)
Pada masa pemerintahan Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY), penyelesaian konflik di Papua dilakukan melalui pendekatan
yang menggabungkan diplomasi, dialog, dan pembangunan ekonomi. Pemerintahan SBY
melanjutkan kebijakan Otonomi Khusus Papua yang bertujuan memberikan kewenangan
lebih besar kepada pemerintah daerah dalam mengelola sumber daya dan menentukan
arah pembangunan wilayahnya melalui UU Otsus Papua
2.2
Pemerintahan Joko Widodo (2014-sekarang)
Pada masa pemerintahan Joko Widodo
(Jokowi), penyelesaian konflik di Papua berfokus pada pendekatan pembangunan,
dialog, dan penegakan hukum yang lebih terintegrasi. Jokowi mengutamakan
percepatan pembangunan infrastruktur di Papua, termasuk pembangunan jalan Trans
Papua, bandara, pelabuhan, dan fasilitas umum lainnya. Tujuannya adalah
meningkatkan konektivitas dan aksesibilitas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
dan kesejahteraan masyarakat Papua. Selain pembangunan infrastruktur,
pemerintahan Jokowi juga memperkuat program-program kesejahteraan sosial untuk
masyarakat Papua, seperti program kesehatan, pendidikan, dan bantuan sosial
Pemerintah berupaya mengurangi ketegangan
dengan melakukan dialog terbuka dan mendengarkan aspirasi serta keluhan
masyarakat Papua. Namun, pendekatan dialog ini sering kali dihadapkan pada
tantangan kompleksitas politik dan keamanan di wilayah tersebut. Penegakan
hukum dan keamanan tetap menjadi aspek penting dalam penyelesaian konflik di
Papua. Pemerintah berusaha menegakkan hukum dengan tegas terhadap
kelompok-kelompok yang melakukan tindakan kekerasan, sambil berupaya
menghindari pelanggaran hak asasi manusia. Upaya ini termasuk operasi militer
terukur untuk menangani kelompok separatis yang bersenjata, tetapi sering kali
menimbulkan kritik dari berbagai pihak terkait dampaknya terhadap masyarakat
sipil. Pemerintah juga meningkatkan upaya pemberdayaan masyarakat asli Papua
melalui berbagai program yang mendorong partisipasi mereka dalam pembangunan
dan pemerintahan. Pemerintah berkomitmen untuk memastikan bahwa masyarakat
Papua mendapatkan manfaat langsung dari pembangunan yang dilakukan.
2.3
Perbandingan Penyelesaian Konflik Papua Antara
Pemerintahan SBY Dan Pemerintahan Masa Jokowi
Penyelesaian konflik Papua antara
pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Joko Widodo (Jokowi) memiliki
beberapa perbedaan dan persamaan dalam pendekatan yang digunakan. Berikut
adalah perbandingannya:
2.3.1 Persamaan
1.
Pembangunan Ekonomi dan Infrastruktur
Kedua pemerintahan menekankan pentingnya pembangunan
ekonomi dan infrastruktur sebagai cara untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Papua.
2.
Program Kesejahteraan Sosial
Kedua pemerintahan meluncurkan berbagai program
kesejahteraan sosial yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
masyarakat Papua, termasuk di bidang kesehatan, pendidikan, dan bantuan sosial.
3.
Dialog dan Komunikasi
Baik SBY maupun Jokowi mendorong dialog dengan
masyarakat Papua, termasuk tokoh adat, tokoh agama, dan kelompok lainnya,
sebagai bagian dari upaya untuk mencari solusi damai bagi konflik yang terjadi.
2.3.2 Perbedaan
1.
Pendekatan Pembangunan:
SBY: Fokus pada otonomi khusus sebagai cara untuk memberikan
kewenangan lebih besar kepada pemerintah daerah Papua dalam mengelola sumber
daya dan pembangunan. SBY juga melanjutkan berbagai program pembangunan yang
telah ada.
Jokowi: Mengambil langkah lebih agresif dalam pembangunan
infrastruktur besar-besaran, seperti proyek Trans Papua, dan berbagai proyek
strategis lainnya dengan tujuan meningkatkan konektivitas dan mendorong
pertumbuhan ekonomi secara signifikan.
2.
Penegakan Hukum dan Keamanan:
SBY: Mengedepankan pendekatan yang lebih manusiawi dalam
penegakan hukum dan keamanan, dengan upaya menyeimbangkan antara penegakan
hukum dan perlindungan hak asasi manusia. Namun, masih terdapat insiden
kekerasan yang menimbulkan kritik.
Jokowi: Penegakan hukum dan operasi militer yang lebih tegas
terhadap kelompok separatis bersenjata.
3.
Pemberdayaan Masyarakat Asli Papua:
SBY: Fokus pada peningkatan partisipasi masyarakat asli
Papua dalam pemerintahan dan berbagai sektor pembangunan melalui
program-program yang ada.
Jokowi: Memperkuat upaya pemberdayaan masyarakat asli Papua
dengan pendekatan yang lebih terintegrasi dalam berbagai program pembangunan
dan kesejahteraan sosial, serta melibatkan mereka secara lebih aktif dalam
proses pengambilan keputusan.
4.
Implementasi Otonomi Khusus:
SBY: Melanjutkan kebijakan otonomi khusus yang telah dimulai
sebelumnya.
Jokowi: Menghadapi tantangan dalam implementasi otonomi
khusus, termasuk revisi undang-undang otonomi khusus Papua untuk memperbaiki
kebijakan dan pelaksanaan di lapangan.
BAB III
KESIMPULAN
3.1
Kesimpulan
Penyelesaian konflik Papua selama
pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Joko Widodo (Jokowi) memiliki
banyak kesamaan, tetapi juga sejumlah perbedaan dalam pendekatan yang diambil.
Kedua pemerintahan berfokus pada pembangunan ekonomi dan infrastruktur, serta
meluncurkan berbagai program kesejahteraan sosial untuk meningkatkan kualitas
hidup masyarakat Papua. Mereka juga mendorong dialog dan komunikasi dengan
berbagai kelompok di Papua sebagai bagian dari upaya mencari solusi damai.
Namun, terdapat perbedaan dalam pendekatan
pembangunan, penegakan hukum dan keamanan, serta pemberdayaan masyarakat asli
Papua. Pemerintahan SBY menekankan pada otonomi khusus dan pendekatan yang
lebih manusiawi dalam penegakan hukum, sementara pemerintahan Jokowi mengambil
langkah lebih agresif dalam pembangunan infrastruktur dan penegakan hukum yang
lebih tegas terhadap kelompok separatis bersenjata. Jokowi juga memperkuat
upaya pemberdayaan masyarakat asli Papua dengan melibatkan mereka secara lebih aktif
dalam proses pengambilan keputusan dan berbagai program pembangunan.
3.2
Saran
Untuk menyelesaikan konflik di Papua dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, pemerintah perlu mengintegrasikan
pendekatan pembangunan, penegakan hukum, dan dialog dalam satu strategi
terpadu. Fokus pada pemberdayaan ekonomi lokal, peningkatan kualitas pendidikan
dan kesehatan, serta penguatan otonomi khusus sangat penting. Dialog yang
berkelanjutan dan inklusif harus melibatkan semua pihak, termasuk masyarakat
adat dan tokoh agama. Penegakan hukum harus adil dan menghormati hak asasi
manusia, sementara transparansi dan akuntabilitas dalam semua program harus
dijaga. Peningkatan infrastruktur teknologi dan komunikasi serta perlindungan
hak-hak adat juga menjadi kunci untuk membangun kepercayaan dan kerjasama,
menciptakan perdamaian, dan pembangunan berkelanjutan di Papua.
REFERENSI
Pedrason, R. (2020). Tantangan Intelijen di
Papua: Menghadapi Evolusi Gerakan Papua Merdeka. Jakarta: Jakad Media
Publishing.
Presidential Staff Office. (2016). KSP 2 Tahun
Jokowi JK. Retrieved from Jakarta: Kementerian Kominfo:
https://kerjanyata.d/portfolio/toga-fokus-utama-pembangunan-manusia/
Rahab, A. a. (2012). Dengarkan Papua:
Catatan-Catatan Poliyik dan Hak Asasi Manusia. Yogyakarta: Penerbit
Quantum.
Rahab, A., & dkk. (2006). Papua Menggugat. Jurnal
Penelitian Politik 3(1), 43-65.

0 Komentar