Cerpen merupakan salah satu jenis karya sastra berbentuk prosa dengan
kisahan yang pendek dengan kesan tunggal dan terpusat pada satu tokoh dalam
suatu situasi
ISI CERPEN
POHON KERAMAT
Malam hari
Malam ini aku duduk sendiri di pos kamling. Sembari menunggu Tono dan
Dika datang, aku menyeruput kopi yang masih berasap karena panasnya. Malam ini
suasana tak seperti biasanya. Angin bertiup sehingga membuat dedaunan
melambai-lambai. Bulu kudukku sedikit berdiri. Aku berusaha mengalihkan
perhatian. Namun, angin semakin bertiup dengan kencang, mengingatkanku kepada
perkataan pak Yanto.
“Ingat, saat jaga nanti malam jangan kepohon dekat sungai ya!” ujar pak Yanto saat kami bertemu di kebun
tadi pagi.
Aku membuang pikiranku dengan mengambil handphone di saku baju.
Sedikit demi sedikit, aku membuka sosial media. Teng! Handphoneku
bergetar.
“Apa nih?! Seorang Nenek Bunuh Diri di Pohon Mangga?!?” aku membaca pesan
di salah satu grup RT.
“Siapa?” ujarku dalam hati.
Tak lama, Dika datang tanpa suara langkah kaki. Ia duduk disebelahku
dengan tatapan kosong. Mukanya sedikit pucat dan datar.
“Siapa yang bunuh diri?” tanyaku pada Dika memecah suasana. Dika hanya
menatapku tanpa menjawab.
Aku menunjukkan pesan di handphoneku.
“Tolong!” suara samar-samar meminta tolong. Aku melihat sekeliling dengan
jeli. Jantungku berdetak dengan kencang. Aku mencoba mencari suara dengan
menatap Dika. Beh, dika tidak berada ditempatnya.
“Tolong!” suara itu terdengar lagi. Aku memberani kan diri memandang
sekitar dan mengambil senter. Aku melihat disekeliling.
“Tolong!” suara samar-samar tersebut terdengar lebih jelas. Aku
menajamkan telinga. Suara tersebut terdengar dari balik pohon di dekat sungai.
Aku mengarahkan senter kearah pohon tersebut.
“Dika?!” teriakku kaget. Aku mencoba mendekat. Dika terlihat diam
mematung membelakangiku.
“Dika, kamu ngapain?!” teriakku pada Dika. Semakin aku mendekat, semakin
bau yang muncul.
“Hm, bau kemenyan?” ujarku dalam hati. Kaki semakin takut melangkah, keringat
bercucuran deras. Aku mengarahkan sekeliling dan tidak melihat Dika.
Tiba-tiba aku teringat pada pesan
pak Yanto yang mengatakan bahwa jangan pernah mendekati pohon dekat sungai
apapun yang terjadi. Tanpa disadari, aku ternyata telah berada dibawah pohon
yang diperingati pak Yanto.
“Tolong!” suara samar-samar itu kini terdengar jelas. Ia berasal dari
atas pohon. Aku mengarahkan senter keatas dan melihat bayangan putih
mengantung. Bayangan itu melihatku dengan wajah yang rusak. Betung masuk di
dalam tubuhnya.
“Ahh!” teriakku dengan suara kencang serta badan gemetar dan seketika
pingsan.
Keesokan
harinya
Pagi itu, sinar mentari masuk melalui ventelasi jendela. Aku terbangun
dengan luka di kepala. Aku merasakan perih. Ibuku bergegas masuk kekamar.
“Bang Bobby tidak apa-apa?!” tanya ibu padaku.
“Bobby kenapa ya ma?! Tanyaku dengan suara kecil.
Ibu menjelaskan semuanya. Ternyata semalam aku pingsan dibawah pohon
didekat sungai. Dika dan Tono yang menemukanku setelah mendengar teriakkanku.
Dika dan Tono sempat melihat bayangan putih yang mengantung serta bau busuk.
“Dika?!” tanyaku dalam hati.
“Lantas siapa yang aku temui di pos kamling?” seruku dalam hati.
Ternyata, informasi adanya seseorang yang bunuh diri itu benar. Ternyata
itu istri pak Yanto beberapa tahun lalu yang bunuh diri karena korban
persugihan pak Yanto. Arwahnya masih gentayangan dan tidak terima. Setiap malam
jum’at, pak Yanto selalu menghidupkan kemenyan, agar istrinya tidak
menganggunya. Mungkin itulah alasan, kenapa pak Yanto selalu memperingati agar
tidak mendekati pohon keramat itu.
Tamat
SINOPSIS
Bobby sedang melakukan jaga pos kamling pada malam hari. Namun Ia
mendengar suara samar-samar yang meminta tolong. Bobby mencari sekeliling dan
ia mendengar suara tersebut dari pohon keramat yang terletak di tepi sungai.
UNSUR INTRINSIK
Unsur intrinsik cerpen meliputi tema, amanat, latar (setting),
sudut pandang (point of view), tojoh dan penokohan, diksi/pilihan
kata/gaya bahasa dan sebagainya
|
1 |
Tema |
: |
Horor |
|
2 |
Tokoh |
: |
1. Bobby 2. Dika 3. Tono 4. Pak
Yanto 5. Ibu
Bobby |
|
3 |
Penokohan |
: |
1. Bobby
memiliki sifat pemberani 2. Dika
memiliki sifat menolong 3. Tono
memiliki sifat menolong 4. Pak
Yanto memiliki sifat jahat |
|
4 |
Latar |
|
|
|
|
Latar Tempat |
: |
1. Pos
Kamling, pada kalimat “Malam ini aku duduk sendiri di pos kamling” 2. Kebun,
pada kalimat “Ingat, saat jaga nanti malam jangan kepohon dekat sungai
ya!” ujar pak Yanto saat kami bertemu
di kebun tadi pagi 3. Pohon
di tepi sungai, pada kalimat “Suara tersebut terdengar dari balik pohon
di dekat sungai.” 4. Kamar
Bobby, pada kalimat ” Ibuku bergegas masuk kekamar” |
|
|
Latar Waktu |
: |
1. Pagi
Hari, pada kalimat “Pagi itu, sinar mentari masuk melalui ventelasi
jendela” 2. Malam
Hari, pada kalimat “Malam ini aku duduk sendiri di pos kamling” |
|
|
Latar Suasana |
: |
Menyeramkan,
pada kalimat “Bulu kudukku sedikit berdiri” |
|
5 |
Sudut Pandang |
: |
Sudut
pandang orang pertama, pada kalimat “Malam ini aku duduk sendiri di pos
kamling” |
|
6 |
Amanat |
: |
Jangan
menginginkan sesuatu berusahalah! Jangan menghalalkan segala cara, apalagi
dengan cara persugihan. |
|
7 |
Alur |
: |
Campuran |
|
8 |
Gaya Bahasa |
: |
1. Gaya
Bahasa Hiperbola, pada kalimat “Angin bertiup sehingga membuat dedaunan
melambai-lambai” 2. Gaya
Bahasa Personifikasi, pada kalimat “Angin bertiup sehingga membuat
dedaunan melambai-lambai” |
KESIMPULAN
Berdoalah dan bekerjalah dengan sungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu.
SARAN
Jika menginginkan sesuatu, sebaiknya dilakukan atau melakukan cara yang
jujur, baik dan benar sehingga tidak menimbulkan penyesalan di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Limbong, J. L.,
& Suparman. (2016). Kemampuan Menentukan Unsur Intrinsik Cerpen
Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Siswa Kelas VIII SMP Negeri 10 Kota
Palopo. Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa dan Sastra, 12-26.

0 Komentar