CERPEN POHON KERAMAT: ISI CERPEN, SINOPSIS, UNSUR INTRINSIK, KESIMPULAN, SARAN DAN DAFTAR PUSTAKA


Cerpen merupakan salah satu jenis karya sastra berbentuk prosa dengan kisahan yang pendek dengan kesan tunggal dan terpusat pada satu tokoh dalam suatu situasi (Limbong & Suparman, 2016).

 

ISI CERPEN

POHON KERAMAT

Malam hari

Malam ini aku duduk sendiri di pos kamling. Sembari menunggu Tono dan Dika datang, aku menyeruput kopi yang masih berasap karena panasnya. Malam ini suasana tak seperti biasanya. Angin bertiup sehingga membuat dedaunan melambai-lambai. Bulu kudukku sedikit berdiri. Aku berusaha mengalihkan perhatian. Namun, angin semakin bertiup dengan kencang, mengingatkanku kepada perkataan pak Yanto.

“Ingat, saat jaga nanti malam jangan kepohon dekat sungai ya!”  ujar pak Yanto saat kami bertemu di kebun tadi pagi.

Aku membuang pikiranku dengan mengambil handphone di saku baju. Sedikit demi sedikit, aku membuka sosial media. Teng! Handphoneku bergetar.

“Apa nih?! Seorang Nenek Bunuh Diri di Pohon Mangga?!?” aku membaca pesan di salah satu grup RT.

“Siapa?” ujarku dalam hati.

Tak lama, Dika datang tanpa suara langkah kaki. Ia duduk disebelahku dengan tatapan kosong. Mukanya sedikit pucat dan datar.

“Siapa yang bunuh diri?” tanyaku pada Dika memecah suasana. Dika hanya menatapku tanpa menjawab.

Aku menunjukkan pesan di handphoneku.

“Tolong!” suara samar-samar meminta tolong. Aku melihat sekeliling dengan jeli. Jantungku berdetak dengan kencang. Aku mencoba mencari suara dengan menatap Dika. Beh, dika tidak berada ditempatnya.

“Tolong!” suara itu terdengar lagi. Aku memberani kan diri memandang sekitar dan mengambil senter. Aku melihat disekeliling.

“Tolong!” suara samar-samar tersebut terdengar lebih jelas. Aku menajamkan telinga. Suara tersebut terdengar dari balik pohon di dekat sungai. Aku mengarahkan senter kearah pohon tersebut.

“Dika?!” teriakku kaget. Aku mencoba mendekat. Dika terlihat diam mematung membelakangiku.

“Dika, kamu ngapain?!” teriakku pada Dika. Semakin aku mendekat, semakin bau yang muncul.

“Hm, bau kemenyan?” ujarku dalam hati. Kaki semakin takut melangkah, keringat bercucuran deras. Aku mengarahkan sekeliling dan tidak melihat Dika.

 Tiba-tiba aku teringat pada pesan pak Yanto yang mengatakan bahwa jangan pernah mendekati pohon dekat sungai apapun yang terjadi. Tanpa disadari, aku ternyata telah berada dibawah pohon yang diperingati pak Yanto.

“Tolong!” suara samar-samar itu kini terdengar jelas. Ia berasal dari atas pohon. Aku mengarahkan senter keatas dan melihat bayangan putih mengantung. Bayangan itu melihatku dengan wajah yang rusak. Betung masuk di dalam tubuhnya.

“Ahh!” teriakku dengan suara kencang serta badan gemetar dan seketika pingsan.

Keesokan harinya

Pagi itu, sinar mentari masuk melalui ventelasi jendela. Aku terbangun dengan luka di kepala. Aku merasakan perih. Ibuku bergegas masuk kekamar.

“Bang Bobby tidak apa-apa?!” tanya ibu padaku.

“Bobby kenapa ya ma?! Tanyaku dengan suara kecil.

Ibu menjelaskan semuanya. Ternyata semalam aku pingsan dibawah pohon didekat sungai. Dika dan Tono yang menemukanku setelah mendengar teriakkanku. Dika dan Tono sempat melihat bayangan putih yang mengantung serta bau busuk.

“Dika?!” tanyaku dalam hati.

“Lantas siapa yang aku temui di pos kamling?” seruku dalam hati.

Ternyata, informasi adanya seseorang yang bunuh diri itu benar. Ternyata itu istri pak Yanto beberapa tahun lalu yang bunuh diri karena korban persugihan pak Yanto. Arwahnya masih gentayangan dan tidak terima. Setiap malam jum’at, pak Yanto selalu menghidupkan kemenyan, agar istrinya tidak menganggunya. Mungkin itulah alasan, kenapa pak Yanto selalu memperingati agar tidak mendekati pohon keramat itu.

Tamat

SINOPSIS

Bobby sedang melakukan jaga pos kamling pada malam hari. Namun Ia mendengar suara samar-samar yang meminta tolong. Bobby mencari sekeliling dan ia mendengar suara tersebut dari pohon keramat yang terletak di tepi sungai.

 


 

UNSUR INTRINSIK

Unsur intrinsik cerpen meliputi tema, amanat, latar (setting), sudut pandang (point of view), tojoh dan penokohan, diksi/pilihan kata/gaya bahasa dan sebagainya (Limbong & Suparman, 2016).

1

Tema

:

Horor

2

Tokoh

:

1.     Bobby

2.     Dika

3.     Tono

4.     Pak Yanto

5.     Ibu Bobby

3

Penokohan

:

1.     Bobby memiliki sifat pemberani

2.     Dika memiliki sifat menolong

3.     Tono memiliki sifat menolong

4.     Pak Yanto memiliki sifat jahat

4

Latar

 

 

 

Latar Tempat

:

1.      Pos Kamling, pada kalimat “Malam ini aku duduk sendiri di pos kamling”

2.      Kebun, pada kalimat “Ingat, saat jaga nanti malam jangan kepohon dekat sungai ya!”  ujar pak Yanto saat kami bertemu di kebun tadi pagi

3.      Pohon di tepi sungai, pada kalimat “Suara tersebut terdengar dari balik pohon di dekat sungai.”

4.      Kamar Bobby, pada kalimat ” Ibuku bergegas masuk kekamar”

 

Latar Waktu

:

1.      Pagi Hari, pada kalimat “Pagi itu, sinar mentari masuk melalui ventelasi jendela”

2.      Malam Hari, pada kalimat “Malam ini aku duduk sendiri di pos kamling”

 

Latar Suasana

:

Menyeramkan, pada kalimat “Bulu kudukku sedikit berdiri”

5

Sudut Pandang

:

Sudut pandang orang pertama, pada kalimat “Malam ini aku duduk sendiri di pos kamling”

6

Amanat

:

Jangan menginginkan sesuatu berusahalah! Jangan menghalalkan segala cara, apalagi dengan cara persugihan.

7

Alur

:

Campuran

8

Gaya Bahasa

:

1.      Gaya Bahasa Hiperbola, pada kalimat “Angin bertiup sehingga membuat dedaunan melambai-lambai”

2.      Gaya Bahasa Personifikasi, pada kalimat “Angin bertiup sehingga membuat dedaunan melambai-lambai”

 

KESIMPULAN

Berdoalah dan bekerjalah dengan sungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu.

 

SARAN

Jika menginginkan sesuatu, sebaiknya dilakukan atau melakukan cara yang jujur, baik dan benar sehingga tidak menimbulkan penyesalan di kemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA

Limbong, J. L., & Suparman. (2016). Kemampuan Menentukan Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Siswa Kelas VIII SMP Negeri 10 Kota Palopo. Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa dan Sastra, 12-26.

 

 

Reactions

Posting Komentar

0 Komentar