Pengaruh
Primordialisme Dan Politik Aliran Dalam Masyarakat Multikultural
oleh: Margareta Rati
Primordialisme
menurut Robuskha dan Shepsle (1972) dalam Syhrial Syarbaini, dkk (2012 : 185),
Primordialisme adalah loyalitas yang berlebihan terhadap budaya sub-nasional,
seperti suku bangsa, agama, ras, kedaerahan, dan keluarga.. loyalitas yang
berlebihan itu dapat mengancan
stabilitas bangsa, karena dapat mengurangi loyalitas terhadap bangsa.
Dalam
kegiatan politik, Primordialisme dapat memunculkan politik liran, yaitu
kegiatan politik praktis yang mengakibatkan munculnya sentimen Primordialisme
tersebut. Gejala ini suatu hal umum dalam masyarakat multikulturalm dimana
setiap identitas kultural yang adaterorganisir dalam seksi-seksi atau
kelompok-kolompok poitik tertentu dengan mengikat anggotanya secara tertutup.
Oleh sebab itu Robuskha dan Shepsle (1972) dalam Syhrial Syarbaini, dkk (2012 :
186) menyatakan bahwa masyarakat pluralis terdapat kecendrungan utama, yaitu :
a. Keanekaragaman
kultural berkembang dalam kelompok-kelompok kultural tertentu.
b. Keanekaragaman
kultural tersebut cendrung terorganisir secara politik.
c. Muncul
gejara kemunculan (saliensi) secara mencolok masalah etnik di dalam masyarakat.
Identitas
kultural merupakan dasar terjadinya kesatuan ikatan politik didalam masyarakat,
karena identitas kultural memiliki sentimen primordial tertentu terhadap
kelompok etnis mereka. Meskipun dalam masyarakat multikultural ada potensi
timbulnya perbedaan sosial yang tajam diantara kelompok-kelompok sosial yang
ada, namun bukan berarti tidak bisa proses integrasi sosial. Banyak peluang
dalam masyarakat pluralis untuk membentuk suatu proses integrasi nasional,
yaitu :
a. Pemaksaan
oleh kelompok yang kuat
b. Penyatuan
kelompok etnik oleh faktor ekonomi
c. Akulturasi
budaya majemuk, dan penyilangan kebudayaan
Syarbaini, Syhrial, dkk. 2012. Konsep Dasar
Sosiologi & Antropologi : Teori Dan Aplikasi. Jakarta Timur ; Hartomo Media
Pustaka
Struktur Sosial
Masyarakat Multikultural
Secara
sosiologis masyarakat multikultural Indonesia memiliki struktur sosial yang
sangat heterogen, sulit mengadakan integrasi. Dalam struktur yang heterogen
seringkali muncul konflik sosial diantara suku dan kelompok lain. Konflik
sosial itu dapat menggangu kestabilan dan keutuhan masyarakat secara
keseluruhan.
Proses
interaksi sosial antara kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat multikultural
mengakibatkan dua hal, yaitu integrasi dan konflik sosial. Proses interaksi
sosial terjadi jika hubungan di antara kelompok-kelompok sosial berlangsung
secara interseksi atau persilangan sehingga perbedaan sosial di antara kelompok-kelompok
sosial tersebut diperkecil oleh adanya kesamaan-kesamaan di antara mereka. Di
antara kelompok-kelompok melakukan ”inter-group relationship”.
Interseksi
hubungan sosial dan interaksi sosial dapat terjadi melalui penganutan
nilai-nilai umum yang berlaku bagi semua anggota masyarakat. Konflik sosial
terjadi apabila hubungan struktural di antara kelompok-kelompok sosial dapat
mengambil bentuk konsolidasi untuk mendekatkan perbedaan-perbedaan sosial yang
mencolok. Contoh masyarakat Malaysia yang terdiri dari Malayu, Cina dan India,
ketiga kelompok itu secara tertutup berbeda etnis, agama dan ekonomi, jika satu
persoalan tersentuh maka menjalar ke aspek lain. Di Indonesia juga terdapat
persoalan SARA (suku, agama, ras dan antar-golongan). Di Indonesia upaya
membentengi persoalan perbedaan tersebut melalui ideologi dengan menekankan
pada toleransi.
Syarbaini,
Syhrial, dkk. 2012. Konsep Dasar Sosiologi & Antropologi : Teori Dan
Aplikasi. Jakarta Timur ; Hartomo Media Pustaka

0 Komentar